Halaman

Minggu, 26 Februari 2012

BANTULAH SAUDARA SEIMANMU DI SURIAH!!!


KHUTBAH JUM’AT SERAGAM
DEWAN SYARIAH WAHDAH ISLAMIYAH
SURIAH BERDARAH,
SURIAH MEMANGGIL KITA


إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
 أَمَّا بَعْدُ

Kaum muslimin yang berbahagia,
Ada sebuah negeri bernama Syam. Tentang negeri itu, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang keutamaannya:


 عَلَيْكَ بِالشَّامِ؛ فَإِنَّهَا خِيرَةُ اللَّهِ مِنْ أَرْضِهِ، يَجْتَبِي إِلَيْهَا خِيرَتَهُ مِنْ عِبَادِهِ، فَأَمَّا إِنْ أَبَيْتُمْ، فَعَلَيْكُمْ بِيَمَنِكُمْ، وَاسْقُوا مِنْ غُدُرِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ تَوَكَّلَ  لِي بِالشَّامِ وَأَهْلِهِ.
( رواه أبو داود, وابن حبان في (صحيحه), والحاكم, وقال: (صحيح الإسناد), وصححه الألباني
)

“Pergilah ke Syam, karena ia adalah bumi pilihan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaikNya untuk ke sana. Jika kalian tidak mau, maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al-Hakim. Dishahihkan oleh al-Albani).

Sabtu, 11 Februari 2012

NIKAH SYAR'I, NIKAH MENUAI BERKAH INSYAALLAH

Penulis: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim
Proses mencari jodoh dalam Islam bukanlah “membeli kucing dalam karung” sebagaimana sering dituduhkan. Namun justru diliputi oleh perkara yang penuh adab. Bukan “coba dulu baru beli” kemudian “habis manis sepah dibuang”, sebagaimana jamaknya pacaran kawula muda di masa sekarang.
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara ataupun proses sebuah pernikahan yang berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih. Berikut ini kami bawakan perinciannya:

1. Mengenal calon pasangan hidup
Sebelum seorang lelaki memutuskan untuk menikahi seorang wanita, tentunya ia harus mengenal terlebih dahulu siapa wanita yang hendak dinikahinya, begitu pula sebaliknya si wanita tahu siapa lelaki yang berhasrat menikahinya. Tentunya proses kenal-mengenal ini tidak seperti yang dijalani orang-orang yang tidak paham agama, sehingga mereka menghalalkan pacaran atau pertunangan dalam rangka penjajakan calon pasangan hidup, kata mereka. Pacaran dan pertunangan haram hukumnya tanpa kita sangsikan.
Adapun mengenali calon pasangan hidup di sini maksudnya adalah mengetahui siapa namanya, asalnya, keturunannya, keluarganya, akhlaknya, agamanya dan informasi lain yang memang dibutuhkan. Ini bisa ditempuh dengan mencari informasi dari pihak ketiga, baik dari kerabat si lelaki atau si wanita ataupun dari orang lain yang mengenali si lelaki/si wanita.

Senin, 09 Januari 2012

Masa Depan Syiah di Indonesia

Jakarta (Voa-Islam) - Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab meminta penganut aliran Syiah dan Sunni saling menghormati. Hal ini pernah disampaikan Habib ketika menanggapi penyerangan Pondok Pesantren Al Ma’hadul Islami, di Pasuruan, Jawa Timur, 15 Februari 2011 lalu.

"Saya pikir soal Syiah dan Sunni ini kan sudah ada kesepakatan muktamar internasional di Qatar Februari 2009 lalu. Dimana Sunni dan Syiah harus saling menghargai satu sama lainnya," kata Habib Rizieq usai bertemu Menteri Dalam Negeri di Jakarta, Rabu (16/2/2011).

Menurutnya ada dua poin poin penting hasil mukhtamar yang harus dijalankan oleh Sunni dan Syiah. Pertama ulama Suni maupun Syiah tidak boleh membuat pernyataan lisan maupun tulisan yang menghina keluarga dan kerabat nabi. “Ini sudah kesepakatan," jelasnya.

Kedua, lanjut Habib, ulama Sunni juga tidak boleh membawa misi Sunni ke negeri berpenduduk Syiah begitu juga sebaliknya."Intinya kalau kita tahu mayoritas Sunni jangan ada kelompok lain memanfaatkan dan memaksakan kehendaknya, itu pasti mengundang konflik," tegasnya.

Dia mencontohkan ulama Sunni tidak coba-coba men-sunnikan orang Iran yang kebanyakan beraliran Syiah, begitu juga ulama Iran jangan coba-coba mensyiahkan orang Indonesia. "Jadi saya pikir masing-masing pihak jaga diri, kita tidak melarang setiap orang punya keyakinan, tapi pahamilah kondisi di republik ini," pintanya. 

Syiah Melanggar Kesepakatan

Jumat, 06 Januari 2012

Waspadailah syiah ...

MUI: Syiah Aliran Sesat, Umar Shihab Berbicara Atas Nama Pribadi
Pernyataan menggegerkan Ketua MUI Pusat, Umar Shihab, bahwa aliran Syiah tidak sesat mendapat kirik tajam dari Profesor Baharun, selaku Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Pusat. Menurutnya, ucapan Umar Shihab bersifat pribadi dan tidak bisa mengatasnamakan MUI.

“Umar Shihab itu berbicara atas nama pribadi. Karena kalau atas nama lembaga, sejak awal MUI tahun 1985 sudah menyatakan kewaspadadan terhadap syiah,” katanya kepada Eramuslim.com, Selasa, (3/01/2012).

Selanjutnya Prof Baharun juga membantah pernyataan Umar Shihab bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa kesesatan Syiah. Ia mengatakan ketika Syiah belum menyebar di Indonesia pun MUI sudah membuat fatwa mewaspadai Syiah. Bahkan setelah aliran-aliran sesat bermunculan, MUI sudah membuat 10 kriteria aliran sesat. “Setidak-tidaknya dari 10 kriteria itu, lima kriteria masuk kepada Syiah,” tambahnya.

Sepuluh Kriteria sesat itu adalah:
1. Ingkar terhadap Rukun Iman dan Rukun Islam
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai Dalil Syar'i (Al Qur'an dan As Sunah)
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur'an

Rabu, 04 Januari 2012

Cara Tayammum


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Cara Tayammum

قَالَ الشَّيْخُ ابْنُ عُثَيْمِيْن رَحِمَهُ اللهُ :
"كَيْفِيَّة ُالتَيَمُّمِ : أَنْ يَضْرِبَ اْلأَرْضَ الطَّاهِرَةَ بِيَدَيْهِ ضَرْبَة ً وَاحِدَة ً يَمْسَحُ بِهِمَا جَمِيْعُ وَجْهِهِ ، ثُمَّ يَمْسَحُ كَفَّيْهِ بَعْضُهُمَا بِبَعْضٍ" انتهى . "مجموع الفتاوى" (11/155) .

Berkata Syeikh Ibnu Utsaimin – rahimahullahu- :
“ Tata cara tayammum: Menempelkan kedua tangan pada debu yang suci sekali kemudian dengannya mengusap wajahnya secara sempurna, kemudian mengusap kedua telapak tangannya( – punggung telapak tangan – pent) bergantian. “Majmu’ fatawa” (11/155).

Tuntunan doa-doa shalat sesuai sunnah (jilid 3)

2. Doa Ruku’
Berikut doa-doa ruku’ yang di ajarkan Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wassalam –

Doa Ruku’

" سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ " ثلاث مراتٍ – وكان أحياناً يكررها أكثر من ذلك . رواه مسلم وأحمد والترمذي

“ Subhaana  rabbiyal ‘adhziim” ( dibaca 3 kali – sesekali boleh lebih dari itu - ) (H.R. Muslim, Ahmad dan  Tirmidzi)

Atau
 " سُبْحَانَكَ اللّهمَّ رَبَّنا وَبِحَمْدِكَ، اللّهمَّ اغفِرْ لِي " متفق عليه

“ Subhaanakallahumma wabihamdika Allahummaghfirlii” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Atau

" سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوح ِ". رواه مسلم وأحمد وأبوداود والنسائي .

“ Subbuuhun qudduusun robbul malaaikati warruuhi” (H.R. Muslim, Ahmad, Abu dawud dan An Nasa’i)

Tuntunan Doa-doa shalat sesuai sunnah (jilid 2)

 -Lanjutan ...

Iftitah 3

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَأوَاتِ وَالأَرْضَ، حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، وَاهْدِنِي لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا، لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Wajjahtu wajhiya lillazi fatara s-samawati wal-ardh, hanifan wama ana mina l-musyrikin, inna salati wanusuki wamahyaya wamamati liLlahi rabbi l-`alamin, la syarika lahu wabizalika umirtu wa'ana mina l-muslimin, Allahumma anta l-malik, la ilaha illa ant, anta rabbi wa'ana `abduk, zalamtu nafsi, wa`taraftu bizanbi, faghfir li zunubi jami`a, innahu la yaghfiru z-zunuba illa ant, wahdini li'ahsani l-akhlaq, la yahdi li'ahsaniha illa ant, wasrif `anni sayyi'aha, la yasrifu `anni sayyi'aha illa ant, labbayka wasa`dayk, wal-khayru kulluhu fi yadayk, wasy-syarru laysa ilayk, ana bika wa'ilayk, tabarakta wata`alayt, astaghfiruka wa'atubu ilayk”
                                                                                                                     
Iftitah 4

اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Allahumma rabba jibra'ila wamika'ila wa'israfil, fatira s-samawati wal-ardh, `alima l-ghaybi wasy-syahadah, anta tahkumu bayna `ibadika fima kanu fihi yakhtalifun, ihdini lima khtulifa fihi mina l-haqqi bi'iznik, innaka tahdi man tasya'u ila siratin mustaqim

Iftitah 5 (disebutkan dalam Hadist yang diriwayatkan Imam Muslim dan Ahmad)

الْحَمْدُ للهِ حَمْداً كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيهِ
“Alhamdulillahi hamdan katsiiraa thoyyiban mubaarokan fiih”

Iftitah 6


اللهُ أَكْبَرُ كَبِيراً. وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيراً. وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً » رواه مسلم وأحمد والترمذي

“Allahu Akbar Kabiiro walhamdulillah katsiira wasubhaanallahu bukrotau wa ashiilaa” (H.R. Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)