Halaman

Senin, 02 Januari 2012

Silsilah Keutamaan Ilmu (2)



Sobat muslim kita lanjutkan bahasan kita tentang keutamaan menuntut ilmu.
Setelah memuji Allah dengan sebaik-baik pujian, kemudian bershalawat kepada rasulNya – shallallahu ‘alaihi wassalam, kita lanjutkan keutamaan ilmu berikutnya yaitu:

3. Ilmu melahirkan rasa takut akan Allah:
Allah – subhana wata’ala – berfirman :

قَالَ اللهُ تَعَالَي : " إِنَّمَا يَخْشَي اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ " (فَاطِرْ : 28 )

Artinya : "Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah adalah para ulama" [pencipta: 28]
Takut disini bukan berarti sebagaimana jika seseorang takut dengan musuh, kemudian dia menjauh dan berlari menghindari musuh tersebut. Akan tetapi takut kepada Allah disini adalah takut melanggar perintah-perintah Allah, takut terjerumus dalam maksiat kepada Allah, sehingga takut di sini adalah dalam bingkai ketaatan kepada Allah. Dari situ kita juga bisa mengambil beberapa kesimpulan tentang ayat di atas, diantaranya:
-       Ketaatan itu bisa terbentuk dengan cara memiliki rasa takut kepada Allah
-       Ukuran seseorang dikatakan ulama adalah apabila ia bertambah rasa takutnya kepada Allah yang mengantarkan dirinya semakin memaksimalkan ketaatannya pada Allah, bukan karena banyaknya ayat atau hadist yang telah ia hafal.
-       Manusia antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan dan kualitas iman dan ilmu yang berbeda-beda.
-       Ilmu sebagaimana yang didefinisikan oleh sahabat , ilmu adalah apa yang difirmankan Allah, apa yang dikatakan rasul – shallallahu ‘alaihi wassalam – dan apa yang dikatakan para sahabat rasul – shallallahu ‘alaihi wassalam -. Bagaimana apakah ilmu matematika, kimia, fisika bukan yang dimaksud dalam ayat diatas?? InsyaAllah termasuk, karen definisi ilmu yang disampaikan sahabat rasul itu kita bawa dalam konteks ilmu Allah dalam arti khusus ilmu Agama, dan ilmu matematika, biologi, fisika dll itu kita bawa dalam konteks ilmu Allah dalam arti lebih umum, sama-sama ilmu yang berasal dari Allah.
-       Sebutan Ulama secara khusus adalah orang yang pakar dalam ilmu agama, sedangkan orang-orang yang pakar dalam ilmu duniawi, seperti pakar dalam masalah sains, sosiologi, ipteks dll – wallahu ta’ala a’lam – akan temasuk dalam definisi ulama bilamana ilmunya dapat menambah rasa takut or menambah ketaatan kepada Allah – subhanallahu wata’ala - .
Jika kita lihat realita negeri kita, begitu banyak anak bangsa ini yang secara akademik memiliki gelar sarjana, master, doktor maupun profesor. Tetapi sangat sedikit yang kita lihat gelar akademik mereka semakin mengantarkan ketaatan kepada Allah. Hal itu terbukti oleh banyaknya kasus suap, korupsi, perbuatan dholim yang dilakukan oleh para civitas akademik ini. Mulai kasus intrusksi contek berjama’ah ketika Ujian sekolah. Sampai pada tingkatan kasus korupsi elit politik negeri ini. Yach Ilmu hanya sebatas teoritis belaka. Sungguh beruntung seorang ulama, pantaslah kalau Allah menyebutkan keutamaanya dalam Alqur’an.

4. Allah memerintahkan untuk berdoa meminta tambahan Ilmu.
            Sobat muslim, tidaklah Allah memerintahkan sesuatu, kecuali sesuatu itu adalah sesuatu yang penting. Apatah lagi jika perintah itu diabadikan dalam kitab suci Alqur’an dan diperintahkan kepada manusia terbaik didunia ini sebagaimana ayat berikut:

 قَالَ اللهُ تَعَالَىَ : " وَقُلْ رَبِّ زِدْ نِي عِلْمًا " (طه : 114 )
Artinya : “Dan katakanlah(wahai Muhammad), Ya Rab, tambahkanlah aku akan ilmu”
Yach... dari ayat diatas akan semakin jelas menunjukkan keutamaan ilmu dengan tiga alasan berikut:
1. Perintah tambahan ilmu itu dari dzat yang Maha Agung dan Mulia, Dialah Allah subhana wata’ala.
2. Perintah tambahan ilmu itu diperintahkan kepada manusia terbaik, Nabi yang mulia, Muhammad – shallallahu ‘alaihi wassalam –
3. Perintah tambahan ilmu  itu diperintahkan untuk dipanjatkan dalam doa, dan doa adalah senjata orang mukmin, serta merupakan adab dalam berdoa, adalah meminta sesuatu yang utama, seperti meminta ditempatkan di syurga Firdaus.
So... sobat jelas sudahlah bahwasanya ayat diatas menunjukkan keutamaan ilmu.
Wallahu ta’ala a’lam....

Tidak ada komentar: